H Acep Al Azhari Konsepkan Macet Jadi Destinasi Wisata
Depok |
Gerakan Sadar Kaya (Gersaka) bersama tokoh dan pengusaha H Acep Al Azhari menggelar acara Talkshow di D’Mall, Depok, Jawa Barat, Sabtu (12/10).
Acara yang bertema ‘Membangun Narasi Perang Terbuka Terhadap Kemiskinan Melalui Forum Ekonomi Berjamaah’ diikuti oleh beberapa kalangan, dan digelar demi menciptakan masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera.
Ditemui usai acara, H Acep kepada wartawan mengatakan bahwa berdasarkan angka yang didapatnya dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2017-2018, setiap tahunnya Kota Depok mengalami peningkatan jumlah jiwa.
Menurutnya, peningkatan tersebut rata-rata 2.000 dari masyarakat yang miskin dengan angka terakhir 52.334 jiwa. “Kalau di persentase kan itu sekitar 2, 34 persen dari jumlah penduduk, rata-rata setiap tahun,” kata Acep.
Acep berpendapat kenapa bisa terjadi, lantaran personal tersebut tidak berkembang. “Tadi udah dikasih gimana bisa menjadi kaya lepas dari kemiskinan,” katanya.
Sedangkan faktor kedua, menurutnya, bisa dipengaruhi oleh Kota Depok sendiri. Depok merupakan kota yang diminati untuk menetap, dan mereka yang datang rata-rata mereka yang sudah punya penghasilan.
“Mereka yang belum bergerak ini, yang masih dicarikan solusi. Salah satunya adalah seperti hari ini, kita mau menyampaikan sebuah edukasi,” jelasnya.
Jadi, tambah Acep, kesejahteraan yang ingin diciptakan di Kota Depok dengan banyaknya orang yang terlibat itu akan semakin mudah. “Tidak hanya bergantung kepada pemerintah, apalagi menyalahkan pemerintah,” tegasnya.
Solusi atasi macet jadi pengerak roda ekonomi
Diungkapkan oleh pria berjulukan Hacord itu, saat ini kuliner merupakan sektor yang sedang booming atau diminati di Kota Depok, kemudian fashion dan bidang jasa.
“Terkait apa yang saya sampaikan mengenai bagaimana macet bisa dijadikan destinasi wisata, bisa nikmati makanan, kopi. Ini merupakan satu gagasan, karena memang kita tidak boleh berpikir miskin,” tuturnya.
Ia menjelaskan, bahwa macet bisa dijadikan sebuah hal yang positif. “Seperti di Maliobora begitu kan? disaat lancar nggak mau cepet-cepet kerena mau menikmati suatu. Depok pun demikian bagaimana kita ambil contoh ada titik kemacetan yang parah itu kan itu kita jadikan sebuah karya area wisata,” ucapnya.
Dicontohkan oleh Acep, disaat macet mau minum kopi segelas di samping kiri kanan perjarak itu ada. Sekaligus bisa ditampilkan musik-musik lokal juga ada tari topeng dan sebagainya. Artinya disetiap per 2 kilometer, pengguna jalan bisa menikmati jajanan dan kesenian tari dan musik.
Semua hal tadi, menurut Acep, sudah dipikirkan olehnya. “Nanti orang akan mencari kemacetan itu sendiri, nggak perlu dibuat pusing seperti macet di Jakarta. Masalahnya bukan banjir, tapi hal yang lain,”pungkasnya.
Sementara di kesempatan yang sama Ari Chandra Kurniawan selaku Presiden Gersaka mengatakan, ketika nanti pendatang-pendatang ini datang dan menjadi hidup bersama di lingkungan Depok.
Ditegaskannya, warga Depok harus siapkan sesuatu untuk bisa menampung peluang itu dan jadiikan roda perekonomian terbaru.
“Misalnya depan pintu tol nanti itu kan bisa muncul foodcourt nya atau lainnya. Ketika saya masuk ke daerah Sawangan beberapa hari lalu saya bilang kok ini suasananya seperti Kota Bandung karena jadi banyak factory outlet banyak wisata kuliner,” ujar Ari.
Menurutnya, Kota Depok memiliki karakter unik. “Rata-rata membangun dari pusat kota baru ke samping. ini Depok dari pinggir dulu,” ucap Presiden Geskara itu.
Dituturkan oleh Ari Chandra Kurniawan, di tahun 2020, mungkin bisa 100 ribu keluarga baru masuk ke Kota Depok. “Kesigapan masyarakat Depok adalah menangkap peluang besar ini,” pungkasnya.
Berita: Mh | Foto: Istimewa