WO Betawi Ramaikan Museum Wayang Jakarta
Jakarta |
Museum Wayang di Kota Toea Jakarta yang memilki koleksi 6.500 wayang dari seluruh dunia, selama liburan pasca Idul Fitri tahun ini dikunjungi ribuan wisatawan setiap harinya.
Pertunjukan Wayang Orang Betawi dengan Dalang Ki Sukarlana dan Lakon Sangyang Kuncir Sakti, pada Sabtu (1/7) menambah ramainya pengunjung museum yang silih berganti hingga ratusan orang.
Tercatat sehari itu pengunjungnya mencapai 5.085 orang termasuk 18 wisatawan mancanegara dari negara Amerika Serikat, Australia, Brazil, China dan Jepang, hingga Arab Saudi.
Kepala Satuan Pelayanan Museum Wayang Sumardi Dalang, Minggu (2/7) mengatakan, hasil penjualan tiket tercatat mencapai sekitar Rp.19.519.000.
“Dibanding waktu bulan Ramadhan yang rata-rata hanya mencapai 300 sampai 400 orang sehari, jumlah pengunjung paska Lebaran Idul Fitri tahun ini meningkat 10 kali lipat,” ungkapnya.
Sumardi menjelaskan, pada hari Selasa (27/6) pasca Lebaran 1438 Hijriyah tercatat sebanyak 4.709 orang, Rabu (28/6) sebanyak 4.854 orang, Kamis (29/6) 5.404 orang, Jumat (30/6) hari pendek hanya 2.693 orang dan Sabtu (1/7) melonjak lagi menjadi 5.085 orang.
Museum Wayang, lanjut Sumardi, menggelar pertunjukan wayang kulit Betawi dengan dalang Ki Bonang Supratman dari Jagakarsa, Jakarta Selatan. Cerita yang dibawakan berjudul “Jaya Bobotan”. Dia sempat berharap pengunjung Museum Wayang pada hari Minggunya dapat mencapai 5.000 an orang.
Mengawali pertunjukan Wayang Orang Betawi pada Sabtu (1/7) lalu, Sumardi Dalang sempat bertukar wawasan dengan para penonton mengenai dunia pewayangan dan budaya Betawi.
Dijelaskan, dahulu kala Wayang Orang Betawi pemainnya harus memakai topeng. Bila berdialog, yang berbicara dalangnya. Namun kini banyak berubah dengan lebih banyak tokoh yang tidak memakai topeng, sehingga boleh berdialog langsung dengan lawan bicaranya.
“Kalaupun memakai topeng, dari dahi sampai sebatas bibir atas. Dengan demikian memudahkan pemakai topeng untuk berbicara,” katanya.
Salah seorang anggota Wayang Orang Betawi bernama Bagus Pribadi asal Bekasi mengakui, lebih leluasa dapat peran tokoh yang tidak harus memakai topeng.
“Soalnya kalau kita bicara, akan terlihat ekspresinya oleh penonton,” tutur Agung. Saat itu Agung yang berbadan besar itu mendapat peran Semar Badranaya.
Tampak hadir saat itu Dunung Basuki dari PEPADI Pusat, serta Kepala Sub Bagian Tata Usaha Museum Seni Liliek Suhaedi.
Selingan lagu-lagu Gambang Kromong seperti “Kicir-Kicir” dan “Nonton Bioskop” yang biasa dinyanyikan Bing Slamet dan Benyamin Syuaib itu sempat membuat penonton terkenang masa lalu.
Penonton Wayang Orang Betawi bernama Susi (45) dari Cimone Tangerang, mengaku sengaja mampir ke Museum Wayang bersama anaknya Rizal (10). Ia menyatakan memang ingin menyaksikan pertunjukan Wayang Orang Betawi.
Menurut Susi, pertunjukan Wayang Orang Betawi cukup menarik. Ia dan anaknya betah duduk di kursi deretan ke tiga dari depan selama lebih dua jam. Keduanya sempat menyaksikan adegan di Karang Tumaritis tempat Semar beserta anak isterinya berada.
Dalam sinopsis ceritanya, Bambang Reksa Buana mau diangkat menjadi raja asalkan dikawinkan dengan isteri Semar yang bernama Sutiragen.
Dengan percaya diri Semar mempersilakan, karena dia yakin isterinya akan menolak. Namun prediksi Semar ternyata meleset dan terjadilah kekacauan dalam keluarganya. Sehingga membuat jalan cerita menjadi seru dan menarik.
Museum Wayang dahulunya memiliki 3.500 wayang dari berbagai daerah se Indonesia dan beberapa negara di dunia.
Setelah Wayang Indonesia diakui oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia sejak 7 November 2003. Museum Wayang di Jakarta Kota menjadi terkenal dan koleksinya pun bertambah hingga nenjadi 6.500 buah wayang, baik wayang kulit maupun wayang golek.
Berita: Pri | Foto: Istimewa/Pri