Sering Dipakai Penelitian, Pengunjung Museum Wayang Meningkat 15,5 Persen
Jakarta |
Museum Wayang di Kota Tua Jakarta selama ini sering dipakai untuk kegiatan penelitian keilmuan para mahasiswa dan dosen dari berbagai perguruan tinggi (PT), baik PT di DKI maupun Luar DKI termasuk Bandung.
Selama tahun 2017 pengunjungnya mencapai 244.374 orang, termasuk 7.445 wisatawan manca negara (wisman).
Dibandingkan tahun 2016 silam dengan 211.495 orang termasuk 8.951 wisman, maka jumlah pengunjungnya meningkat 15,5 persen.
Kepala Satuan Pelayanan Museum Wayang, Sumardi SSos mengungkapkan hal itu, Ahad (7/1) di museumnya di Kota Tua.
Menurut Sumardi, untuk keperluan pendidikan dan untuk menambah ilmu pengetahuan pengunjungnya, Museum Wayang memiliki perpustakaan di lantai atas.
Sedikitnya 9 Perguruan Tinggi yang mahasiswa maupun dosennya berkunjung ke Museum Wayang dan memanfaatkan perpustakaan itu.
“Yang dekat dari Universiras Mercu Buana, Universitas Trisakti, dari Jakarta Timur UNJ, Universitas Dharma Persada, Mpu Tantular dan UKI, yang dari Depok UI, ditambah dari ITB, IPB dan Unpad. Yang dari Unpad malahan dosen untuk meraih gelar Doktor,” kata Sumardi.
Mengenai mahasiswa ITB sampai ke Museum Wayang, Sumardi menjelaskan, mereka itu sedang membahas materi disain interior.
Di samping dari segi arsitektur, bangunan Museum Wayang yang merupakan Bangunan Cagar Budaya itu banyak keunikannya. Antara lain di tembok bangunan yang pernah menjadi gereja di zaman Belanda itu penuh tempelan prasasti dari abad ke-17.
Koleksi Unggulan
Mengenai koleksi Museum Wayang, Sumardi menyebut ada koleksi unggulan atau master piece museum ini yaitu Wayang Kulit Intan. Wayang tersebut ciptaan Babah Polim dari Muntilan tahun 1870.
“Kami memiliki 346 wayang intan hasil pembelian tahun 1988. Paling banyak hiasan intannya wayang Kresna,” kata Sumardi Dalang.
Bila terkena sinar, sambung Sumardi, tokoh Kresna ini gemerlapan, karena bagisn mahkota, badong dan semua aksesoris dihiasi intan.
Dijelaskan Sumardi Dalang, seluruh koleksi museum ini lebih dari 6.000 buah, terdiri dari wayang kulit, wayang golek, boneka, wayang beber, gamelan, dan topeng dari daerah seluruh Indonesia dan berbagai negeri di seluruh dunia.
“Boneka Si Unyil yang dahulu digemari anak anak balita dan murid murid SD se Indonesia kelahiran tahun 1980-an juga dapat dilihat di museum ini,” pungkasnya.
Berita: Pri | Foto: Istimewa/Pri