Manggala Agni Pangkalan Bun Berjuang Tiada Henti Padamkan Karhutla di Kalteng
Jakarta |
Manggala Agni, Brigade Pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), melaksanakan tugasnya menangani karhutla dan harus siap bertahan hidup pada segala kondisi dalam rentang waktu tidak bisa dipastikan.
Satu regu Manggala Agni Daops Pangkalan Bun terus bertahan dengan tetap semangat selama 20 hari terakhir, berjuang memadamkan api di tengah hutan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng), Kamis (30/8).
Heri, salah satu anggota anggota Manggala Agni Pangkalan Bun mengungkapkan, dirinya bersama tim harus mendirikan tenda di hutan ketika menjalankan tugas pemadaman.
“Karena jika kami harus pulang-pergi setiap hari akan kehabisan waktu di jalan dan api akan terlanjur meluas,” ujar pria 27 tahun yang telah bergabung dalam Manggala Agni Daops Pangkalan Bun, Kalteng, sejak usianya belum menginjak 20 tahun.
Diungkapkan oleh Heri, kondisi kebakaran yang terjadi saat mereka pertama kali tiba di lokasi sungguh sangat mengerikan. Api berkobar ditengah teriknya cuaca membakar kawasan bergambut. Bahkan, ia mengatakan hingga kini pun asap masih muncul kembali di lokasi yang sebelumnya sudah dipadamkan.
“Lahan gambut di daerah itu bisa memiliki ketebalan hingga 5 meter dan cuaca kemarau membuatnya sangat kering. Kami bekerja cukup berat karena sumber air sulit untuk didapatkan, kami harus menyekat kanal dan menunggu seharian agar embung yang kami buat penuh hingga airnya bisa disedot oleh pompa pemadam,” jelasnya.
Heri adalah anggota Manggala Agni Daops Pangkalan Bun dengan spesialisasi mekanik. Disetiap pemadaman Manggala Agni, kadang pompa yang digunakan rusak karena air yang disedot berlumpur. Saat itulah Heri bertugas memperbaiki pompa hingga pemadaman bisa dilanjutkan.
Dikisahkan Heri, pengalaman menarik saat pemadaman kemarin adalah saat sedang fokus pemadaman ke arah depan, ternyata dari belakang api sudah berkobar.
“Saat posisi terkepung seperti situasi ini kadang bisa membuat panik, karena selain mengamankan diri, kami juga harus mengamankan peralatan pemadaman,” tuturnya.
Menurut Heri, peralatan pemadaman yang berat, kondisi asap tebal membuat sulit bernafas. Ditambah lagi lahan bergambut yang kalau diinjak kerap menjadi lubang jebakan, membuat mereka tidak bisa berlari kencang.
Anggota Manggala Agni lainnya, Mahlan (29), mengatakan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi berhari-hari di lokasi yang sangat jauh mengharuskan seluruh anggota regu harus rela meninggalkan keluarga dalam waktu lama.
Mahlan adalah anggota Manggala Agni berlatar belakang pendidikan perawat. Panjangnya hari-hari pemadaman dan kondisi lapangan yang berselimutkan asap membuat kondisi fisik Manggala Agni terkadang menurun. Saat itulah Mahlah membantu untuk memberikan terapi pengobatan.
Disamping itu, Mahlan juga bertugas membantu menjaga kondisi agar timnya selalu fit. Mahlan mengatur jam istirahat, mengatur vitamin, dan pola makan anggota ketika melakukan pemadaman di lapangan.
Mahlan juga membagikan cerita menarik ketika sedang melakukan pemadaman. “Ketika sedang memegang nozzle (kepala selang) untuk menyemprotkan air ke titik api, tiba-tiba angin berbalik ke arah kami sehingga kepala api berubah mengejar kami. Saat itulah kami harus membongkar semua peralatan dan berlari berputar arah melakukan pemadaman dari posisi yang lebih aman,” kisahnya.
Sementara itu, Direktur Pengendalian Karhutla KLHK Raffles B Panjaitan menegaskan, bahwa meskipun dihadapkan dengan segala kondisi di lapangan yang sulit, anggota Manggala Agni KLHK selalu siap melaksanakan tugasnya demi menjamin kawasan hutan dan lahan terbebas dari kebakaran dan bencana asap.
“Bersinergi bersama para pihak dan masyarakat menjadi kekuatan penting dalam mengatasi setiap kebakaran hutan dan lahan yang terjadi,” imbuh Raffles.
Berita: Mh | Foto: Istimewa/Humas