Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit: Kemajemukan Modal Kemajuan Bangsa, Bukan Potensi Perpecahan
Denpasar |
Tantangan keamanan dan pertahanan Indonesia saat ini yaitu ancaman terhadap kerukunan dan polarisasi. Penggunaan teknologi informasi saat ini menjadi potensi yang paling besar mengancam kerukunan bangsa.
Hal itu disampaikan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo saat menjadi narasumber kuliah umum di Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) yang dilaksanakan secara hybrid yaitu perpaduan antara daring (online) dan luring (offline), Rabu (10/3).
Menurut Kapolri Listyo Sigit, ruang cyber dimanfaatkan untuk menyebarkan ujaran kebencian dan hoaks. Padahal jika dilihat di level elit, saat ini posisi jadi satu namun di level grassroot (masyarakat lokal) masih terpecah.
“Untuk bisa berubah itu sangat sulit. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus dijaga. Karena melihat perjalanan sejarah Indonesia yang mudah terpecah-belah dan potensi polarisasi menjadi tantangan dan harus diwaspadai oleh kita bersama,” ujarnya.
Ditambahkan oleh Listyo Sigit, bahwa kondisi di tataran grassroot inilah yang dijadikan sebagai dasar dalam membangun visinya selaku Kapolri yang menjabat saat ini, yaitu ‘Peran Polri yang Presisi’.
“Diharapkan dengan mengetahui kondisi masyarakat secara tepat, kita dapat menyusun langkah-langkah penanganan yang lebih tepat sasaran atau presisi,” ucapnya.
Diungkapkan oleh Kapolri Listyo Sigit beberapa langkah yang dilakukan pihaknya dalam menghadapi tantangan keamanan-pertahanan di era digital saat ini, diantaranya adalah program polisi cyber yang menggunakan model persuasif-edukatif bagi orang-orang yang berpotensi melanggar aturan-aturan di dunia maya.
Sedangkan langkah kedua, sambungnya, adalah menjadikan Kepolisian Sektor (Polsek) sebagai basis resolusi permasalahan wilayah. Menurutnya di tingkat Polsek penanganan masalah akan lebih mengedepankan metode penanganan yang bersifat mediasi, dibandingkan yang bersifat penegakan hukum.
“Dalam metode ini, adat kebiasaan yang sudah hidup di masyarakat dapat menjadi salah satu solusi konflik, sehingga dapat lebih mengakomodasi apa yang disebut rasa keadilan di masyarakat,” ucap mantan Kabareskrim Polri itu.
Langkah ketiga, Listyo Sigit menambahkan, adalah melakukan pendekatan pengarusutamaan moderasi beragama dengan cara meningkatkan peran serta tokoh-tokoh agama di masyarakat dalam memerangi doktrin-doktrin yang tidak sesuai dengan nilai kebangsaan.
Dirinya menggarisbahwahi, para mantan napi teroris juga dilibatkan dalam melakukan edukasi agar masyarakat dapat memahami pentingnya persatuan bangsa. “Langkah terakhir adalah melakukan sinergitas antara Polri dengan TNI dalam menjaga keamanan negara,” tandasnya.
Diakhir pemaparannya, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengemukakan harapannya akan potensi kemajemukan bangsa dapat dianggap sebagai suatu modal kemajuan bangsa, bukan sebagai potensi perpecahan bangsa.
“Mari kita jaga persatuan, bukan saatnya kita bertengkar. Bersatu untuk melalui pandemi Covid-19. Bersatu untuk masa depan yang lebih baik,” pungkasnya.
Pada kesempatan itu Rektor UI Ari Kuncoro dan Direktur SKSG UI Athor Subroto tampak hadir serta memberikan materi kuliah umum yang dihadiri oleh lebih dari 250 peserta yang merupakan sivitas akademika, alumni, dan perwakilan dari Polri.
Berita: Gate 13 | Foto: Istimewa