68 Pelajar Berprestasi se Indonesia Kunjungi Museum Bahari
Jakarta |
Sebanyak 68 pelajar SMA/SMK berprestasi dari 34 provinsi se Indonesia, Minggu (19/11), mengunjungi Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara.
Didampingi beberapa pejabat Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Endang Triwahyuni dari pihak event organizer, kunjungan mereka ke museum disamping berwisata sekaligus untuk mendapat tambahan wawasan kemaritiman sebelum berlayar dengan KRI Dewa Ruci ke Batam dan Sabang.
Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Disparbud DKI Jakarta Husnison Nizar yang diwakili Kasubag TU Umuarsih Nurwiyani Badriah menyambut kedatangan rombongan Pemuda Poros Maritim NKRI tersebut dengan keramahan ‘Sapta Pesona’.
Setelah memberikan pemaparan tentang Museum Kebaharian visi dan misinya, Umuarsih menyerahkan suvenir baju kaos Enjoy Jakarta kepada semua tamunya yang diwakili Daniel dari SMAN Merauke Papua.
“Kami akan bangga kalau kaos Enjoy Jakarta dikenakan berlayar ke mana-mana,” ujar Umuarsih yang akrab dipanggil Bu Ayih itu.
Dijelaskannya gedung Museum Bahari yang bangun bertahap tahun 1652 sampai 1774 itu dahulunya gudang rempah rempah VOC yang disebut Westzijdsche 0Pakhuizen atau gudang sisi barat Muara Ciliwung. Diresmikan sebagai Museum Bahari pada 7 Juli 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta Letjen TNI Marinir Ali Sadikin.
Sejak 31 Desember 2014, ungkap Umuarsih, diresmikanlah Unit Pengelola Museum Kebaharian yang meliputi pula Taman Arkeologi Onrust di Kepuauan Seribu dan Situs Marunda Rumah Si Pitung, Kampung Marunda Pulo, Cilincing, Jakarta Utara.
Rombongan pelajar Poros Bahari tersebut dibagi dua kelompok yang masing masing kelompok dipandu seorang guide bernama Sukma. Mengantar tamunya melihat koleksi mesin kapal dan kemudi, Sukma menjelaskan, barang-barang tersebut merupakan peralatan navigasi zaman silam.
Diantara koleksi museum, terdapat peta kuno perairan Nusantara abad ke 17. “Dulu peta tanah air kita yang dibuat orang Belanda terbalik. Yang utara ada di bawah sedang yang selatan ada di atas,” ujar Sukma. Menurutnya, hal ini dimungkinkan kedatangan Belanda dari belahan bumi sebelah utara.
Kepada para pelajar itu diperkenalkan jenis perahu, diantaranya kapal tradisional dan kapal ekspedisi yang salah satunya Cadik Nusantara sampai replika KRI Dewa Ruci. Kapal ini aslinya merupakan kapal layar bermesin untuk pelatihan TARUNA AAL yang sudah berkeliling dunia dan ‘docking’ beberapa kali.
Dari 68 pelajar itu, ada 5 pelajar putri berasal dari Banten, Jawa Barat, Bangka Belitung (Babel), Jambi, dan Kalimantan Timur. Salsahbillah Septiana dari Babel yang berperawakan kecil itu mengatakan, tak takut berlayar di laut yang rencananya selama 30 hari. Ia dan teman-temannya tampak memperhatikan tokoh Dewa Ruci dan Bima di ruang diorama Legenda Bahari.
Febri Salsabila Putri, pelajar SMA Samarinda mewakili provinsi Kalimantan Timur dalam ekspedisi tampak memandangi dengan seksama diorama Putri Mandalika legenda NTB. Sementara pelajar lainnya mengamati diorama Laksamana Malahayati dari Aceh. “Oh , ini yang kemarin itu ditetapkan oleh presiden sebagai pahlawan nasional,” ucap salah seorang diantaranya.
Rombongan kedua mengunjungi Menara Syahbandar yang agak miring ke selatan. Bangunan setinggi 20 an meter itu didirikan tahun 1839, dan di dekatnya ada ruang navigasi dan uji tera serta titik nol Kota Batavia.
Pelajar terbaik Sulawesi Tenggara, masing-masing M Zulfikar jurusan IPA dan Adrian jurusan IPS SMA I Lasusua, Kolaka Utara, mengaku pertama kali ke Jakarta dan sudah 4 hari menginap di hotel di Jakarta Pusat bersama-teman temannya se Indonesia.
Dijadwalkan dari Museum Bahari rombongan pelajar tersebut menginap di Kapal KRI Dewa Ruci, dan pagi harinya ikut apel bersama TNI AL. Kemudian dilepas berlayar menuju Sabang, dan singgah di Batam. “Baliknya nanti lewat Pelabuhan Belawan Medan ke Jakarta dalam event Sabang Sail,” kata Endang Triwahyun.
Dijelaskan juga oleh Endang, perjalanan berlayar nantinya akan memakan waktu selama 30 hari, dan jadwal selanjutnya akan diberitahukan setelahnya.
Husnison Nizar, Kepala UP Museum Kebaharian menjelaskan restorasi bangunan Museum Bahari yang dilakukan sejak akhir Juni sekarang sudah selesai.
Menurutnya, kayu kusen dan jendela yang rusak dimakan umur lebih 230 tahun sudah diganti baru. Begitu pula dengan tanggul sebelah barat laut-utara Pulau Onrust sudah selesai dibangun.
Tahun 2018 nanti wisatawan akan lebih nyaman mengunjungi Museum Bahari maupun Taman Arkeologi Onrust. “Mau puluhan orang menginap di sana tak masalah. Fasilitasnya termasuk toilet cukup,” kata Husnison yang biasa dipanggil Pak Sonni.
Dari catatan bulan Oktober 2017, jumlah pengunjung Museum Bahari sudah mencapai 2.227 orang. “Jadi rata-rata tiap hari ada 77 orang pengunjung,” pungkasnya.
Berita: Pri | Foto: Istimewa/Pri