Wisata

Tim Kemenko Marves Gelar Kunker ke Kawasan Agrowisata Gundaling Farmstead di Berastagi

Jakarta |
Tim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) melakukan kunker (kunjungan kerja) ke kawasan agrowisata terpadu peternakan-pertanian-restoran di Berastagi, Sumatera Utara (Sumut), Jumat (11/9).

Kunker dalam rangka menyusun model Integrated Zero Waste Farming System yang dipimpin oleh Kepala Bidang Pengendalian Pemanfaatan dan Pelestarian Hutan (Kabid P3H) Kemenko Marves Fatma Puspita Sari mengunjungi destinasi wisata baru Berastagi, yaitu Gundaling Farmstead.

“Gundaling Farmstead merupakan agrowisata terpadu dengan konsep farm to table yang menyajikan menu khas Karo dan menu internasional dengan bahan baku dari peternakan yang langsung disajikan dalam kondisi segar di restoran yang berlokasi tidak jauh dari peternakan,” ujar Kabid P3H Fatma Puspita, kepada awak media di Jakarta, Sabtu (12/9).

Fatma menuangkan pengalamannya selama melakukan kunker ke kawasan Gundaling Farmstead. Menurutnya banyak hal menarik yang didapatinya selama mempelajari proses perawatan hingga penyajian yang dilakukan tempat agrowisata yang terletak di kota terbesar kedua di tanah Karo yang sangat subur itu.

Diantaranya adalah penyajian makan ala Gundaling Farmstead memanjakan pengunjung dengan pemandangan sapi-sapi jenis Freisian Holstein (FH), yaitu sapi perah dengan warna hitam putih sedang merumput di ladang umbarannya.

Disamping itu, sambungnya, Gundaling Farmstead memiliki visi zero waste business yang memaksimalkan aspek dari hulu ke hilir untuk menunjang perekonomian perusahaan dan sosial.

Fatma mengatakan, bahwa salah satu pemilik Gundaling Farmstead yaitu Andreas Lee pernah menyampaikan akan terus berinovasi dengan produk turunan susu, tentunya dengan konsep yang disajikan yaitu ‘farm to table’.

Farm to table merupakan konsep terpadu yang meliputi bidang pertanian, peternakan dan kuliner. Dimana semua proses dari menanam hingga panen, dan memelihara sapi sampai mengolah produk turunan susu menjadi hidangan yang segar dan sehat.

Konsep ini diyakini oleh para pengelola Gundaling Farmstead memberikan nilai tambah, bukan hanya dari sisi bisnis, tapi juga menjadikan sajian lebih sehat dan menjaga ekosistem.

“Konsep yang diterapkan seluruh produk turunan dari susu dan petanian dimaksimalkan menjadi makanan yang sehat dan segar, langsung dari perkebunan dan peternakan,” katanya, menirukan apa yang disampaikan oleh Andreas Lee.

Di wilayah Sumut saat ini Gundaling Farmstead adalah satu-satunya peternakan sapi perah yang dikelola dengan konsep farm to table, sehingga menjadikan Gundaling Farmstead sebagai destinasi wisata yang memiliki unsur edukasi.

Restoran Gundaling Farmstead sering menjadi tujuan wisata edukasi siswa sekolah dasar dan taman kanak-kanak yang ingin melihat proses produksi susu secara langsung. Dengan sapi FH yang dibudidayakan berwarna hitam putih, menjadikan anak-anak merasa tertarik untuk melihatnya.

Menurut Fatma, untuk mengurangi stres saat proses memerah susu pengelola setempat memasang musik atau lagu-lagu populer sehingga membuat sapi-sapi tersebut menjadi rileks, disamping pengunjung juga merasa senang dan terhibur.

“Pengunjung dapat melihat proses produksi turunan susu, area proses ice cream, area proses keju, tentu saja melihatnya dibalik kaca, agar tidak ada kontaminasi,” terang wanita yang akrab disapa Mbak Ita itu.

Ditambahkan olehnya, bahwa tempat agrowisata yang berada di sisi utara Danau Toba dengan ketinggian 1300 meter diatas permukaan laut (mdpl) itu juga menerapkan konsep bisnis ‘Zero Waste dan Go Green’.

“Sehingga memicu upaya memaksimalkan seluruh sumber daya dan tiap jengkal tanah di keseluruhan area farm, yang diantaranya adalah menanam rumput pakan sapi, sayur, buah dan bunga,” kata Fatma Puspita merinci.

Pada Divisi Peternakan Gundaling Farmstead, disamping terdapat sapi perah, breeding, serta penggemukan sapi FH jantan menjadi sapi potong, juga dilakukan fermentasi kotoran sapi menjadi kompos yang juga dibagikan kepada petani-petani sekitar peternakan, sehingga membuat jumlah limbah menjadi minimum.

“Bahan baku restoran pada Gundaling Farmstead bisa dikatakan organik, karena tidak menggunakan pupuk kimia. Meskipun sekarang ini mereka belum mengantongi sertifikatnya,” ungkapnya.

Keju Andaliman

Gundaling Farmstead juga memiliki signature dish, yaitu sajian khas Karo yang diolah dengan tidak tradisional berupa masakan arsik.

Salah satu masakan yang dieksplorasi menjadi berbagai sajian istimewa diantaranya adalah arsik ikan nila, arsik ikan emas, juga iga bakar arsik, ayam bakar arsik, smoked lidah sapi arsik.

Menu yang juga jadi favorite pengunjung adalah berbagai macam food and beverage dengan bahan dasar susu seperti milk shake, fruits milk blended, pizza, creamy pasta, mozzarella stick, yang hampir semua bahan bakunya dari peternakan itu sendiri.

Sedangkan untuk produk keju, signature cheese Gundaling Farmstead adalah Tomme Andaliman, yang merupakan kombinasi dari merica Batak yang berhasil diaplikasikan dalam produk keju lokal menjadi keju dengan cita rasa unik.

“Andaliman telah lama menjadi bumbu untuk kuliner Karo dan kuliner Batak. Ternyata sentuhan merica Batak pada proses fermentasi keju dengan bakteri thermophilic dan mesophilic menghasilkan sensasi berbeda,” tutur Fatma.

Produk yang dinamakan Tomme Andaliman ini memberikan rasa citrus dengan wangi Andaliman in the end of the palette. Keju ini terbilang cukup laris di Jakarta dan Bali, namun dikarenakan sedang terjadi pandemi Covid-19 sudah beberapa bulan ini tidak ada pesanan.

Dampak pandemi Covid-19 juga terasa di kawasan tani dan ternak yang berjarak hanya sekitar 60 km dari kota Medan ini. Menurut Fatma, Andreas Lee sang pemilik pernah menjelaskan bahwa Gundaling Farmstead menerima surat dari Dinas Pariwisata Tanah Karo untuk menutup area tujuan pariwisata dari akhir Maret sampai dengan minggu kedua bulan Juni.

“Karena sapi tetap harus ada penanganan dan diperah dengan kapasitas 1,5 ton susu per hari dan pakan 6 ton jabon perhari. Pihak Gundaling Farmstead terpaksa merumahkan staf, menjual sebagian sapi dan susu diolah menjadi keju dengan waktu peram bisa sampai 1 tahun kedepan,” bebernya.

Kabid P3H Menko Marves itu juga menjelaskan, bahwa timnya sedang melakukan pengayaan data mengenai model peternakan sapi terintegrasi yang dapat diimplementasikan secara nasional, yang sebelumnya telah mengunjungi milk district Nestle di Kejayan, Jawa Timur.

“Untuk penyusunan model, kami masih melakukan pengayaan data. Di Sumatera Utara ini sudah ada investasi dari kelompok usaha Ultrajaya berupa peternakan dan pabrik pengolahan susu. Ultra Sumatera Dairy Farm (USDF) juga akan kita tinjau,” ucapnya.

Kalau Gundaling ini, lanjut Fatma, merupakan peternakan kelas menengah dengan pendekatan wisata didukung dengan pertanian kecil yang dikelola mandiri. Konsep ini bisa diduplikasikan di daerah yang memilliki karakter menyerupai Berastagi yang sudah menjadi tujuan wisata sejak dulu.

Fatma tidak menampik bahwa pemerintah memberi perhatian untuk peningkatan produksi dan konsumsi susu seperti yang dilakukan di peternakan yang lokasinya diapit dua gunung berapi aktif, yaitu Sinabung dan Sibayak.

“Susu sangat bernutrisi dan mengkonsumsi susu dapat mencegah stunting. Sementara pengelolaan peternakan yang memberdayakan peternak rakyat, kemitraan penggemukan sapi, Gundaling menjadi offtaker dari pertanian jabon untuk pakan dapat mengentaskan kemiskinan memperbaiki ekonomi masyarakat sekitarnya,” paparnya.

Ditegaskan juga oleh Fatma, bahwa program kemitraan harus diperkuat agar masyarakat sekitar dapat lebih merasakan manfaat baik sebagai destinasi wisata unggulan. “Juga sebagai peternakan yang dikelola secara terintegrasi,” pungkasnya.

Kota Berastagi yang berarti ‘Gudang Beras’ telah lama menjadi lumbung sayur dan buah, serta menjadi salah satu destinasi wisata popular akhir pekan bagi warga sekitar di Sumut.

Destinasi wisata cukup terbilang bervariasi, mulai dari wisata sejarah rumah pengasingan Bung Karno, wisata alam taman hutan raya, pemandian air panas, Air Terjun Sikulikap, dan Bukit Kubu.

Semenjak Geopark Kaldera Toba telah resmi menjadi salah satu Unesco Global Geopark, kunjungan wisatawan terus meningkat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan amenities pendukung pariwisata seperti keberadaan hotel dan restoran, sehingga pertanian dan peternakan menjadi pendukung pariwisata yang kian berkembang.

Berita: Mh | Foto: Istimewa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.