Ekonomi

Targetkan 2,02 Juta BOEPD, Pemerintah Ungkap Strategi Penuhi Kebutuhan Migas Nasional

Jakarta |
Pemerintah menargetkan di tahun 2019 sebanyak 2,02 juta Barrel Oil Equivalent per Day (BOEPD) menjadi lifting minyak dan gas bumi (migas) nasional.

Meskipun melebihi target tahun sebelumnya, Pemerintah optimis akan mencapainya sejalan dengan berbagai upaya yang dilakukan dalam menggenjot produksi migas ke depan.

“Untuk produksi dari lapangan-lapangan migas eksisting berusaha dilakukan peningkatkan produksi. Semua usaha kita lewati,” kata Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar usai berbincang dengan para awak media di Jakarta, Selasa (19/2).

Arcandra mengklasifikasikan strategi Pemerintah dalam menggenjot produksi migas di masa mendatang dalam tiga tahapan, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

“Fracturing, balanced drilling adalah salah satu usaha jangka pendek 2 – 3 tahun mempercepat produksi dari lapangan existing,” jelasnya.

Sedangkan untuk jangka menengah, Pemerintah tengah menggalakkan Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk aset yang produktif. “Pertamina aktif di sini. Tapi waktunya agak lama bisa 7 sampai 10 tahun baru mendapatkan respon,” paparnya.

Sementara metode jangka panjang, sambung Wamen ESDM, dapat ditempuh dengan cara eksplorasi lapangan migas. “Untuk anak cucu kita, tentu usaha eksplorasi adalah pilihan tepat menjaga produksi migas,” ungkapnya.

Pemerintah pun berharap kegiatan eksplorasi ke depan rasio keberhasilannya di atas 20 persen atau setiap lima kali eksplorasi baru, ditemukan satu cadangan baru.

“Kita berharap demikian. Apalagi kita punya dana yang akan menopang ditemukannya lapangan baru,” tukas Arcandra berharap.

Jumlah dana tersebut ada dalam bentuk komitmen kerja pasti kontrak kerja sama sistem gross split sebesar USD 2,1 miliar, dimana sebesar USD 1,1 miliar diantaranya bisa digunakan untuk kegiatan eksplorasi.

Dalam kesempatan itu, Arcandra menuturkan, jumlah dana eksplorasi tersebut jauh lebih baik dibanding dana ekplorasi dengan skema sebelumnya.

“Ini dana yang bisa digunakan untuk eksplorasi 5-10 tahun ke depan. Dana ini kami harapkan terus bertambah,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Wakil Menteri ESDM itu juga menekankan bagi pengusaha migas untuk tidak selalu melihat penurunan produksi migas alamiah atau declining, namun harus optimis lagi mengerjakan eksplorasi.

“Kalau terjadi declining itu hanya kaca spion, sekarang liat ke depan. Kalau nyetir pakai kaca spion bisa tertabrak. Kaca spion itu hanya guidance,” pungkasnya.

Semua langkah peningkatan produksi dijalankan demi mengantisipasi ancaman defisit migas atas lonjakan kebutuhan migas yang kian tinggi di tahun mendatang.

Berita: Mh | Foto: Istimewa/Ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.