Opini

Pertahanan dan Keamanan Tulang Punggung Bangsa

Oleh Tri Nugraha Hartanta*

Pagi masih gelap di perbatasan terdepan negeri. Seorang prajurit muda berdiri tegak, matanya menatap tajam ke arah horizon yang mulai memerah. Di tangannya tergenggam senapan, di dadanya tersemat lambang negara, namun yang tak terlihat mata adalah api pengabdian yang berkobar dalam jiwanya. Inilah potret sejati pertahanan negara, bukan sekadar tentang persenjataan dan teknologi, melainkan tentang jiwa yang berkobar demi kedaulatan tanah air.

Ketika berbicara tentang pertahanan dan keamanan sebagai tulang punggung bangsa, bayangkanlah sebuah pohon raksasa yang berdiri kokoh di tengah badai. Akarnya yang kuat adalah nilai-nilai luhur bangsa, batangnya yang tegak adalah kekuatan militer dan aparatur negara, sedangkan dahan dan daunnya yang rimbun adalah seluruh lapisan masyarakat yang bersatu padu. Badai boleh menghadang, petir boleh menyambar, namun pohon kehidupan bangsa ini tetap berdiri tegak, menantang segala ancaman.

Di era digital ini, medan pertempuran telah bergeser. Para pejuang cyber duduk di depan layar komputer, matanya awas mengawasi setiap serangan digital yang mencoba menembus pertahanan virtual negeri. Sementara itu, di laboratorium-laboratorium rahasia, para peneliti tekun mengembangkan teknologi pertahanan mutakhir. Mereka adalah pahlawan modern, yang pertarungannya tak kalah heroik dari pendahulu mereka di medan perang konvensional.

Namun, jangan terpaku pada gambaran heroik tentang pertahanan dan keamanan. Seperti seorang ibu yang dengan lembut namun teguh melindungi anaknya, sistem pertahanan modern harus memadukan ketegasan dengan kebijaksanaan. Kita membangun kekuatan bukan untuk menakuti, tetapi untuk melindungi. Kita mengasah pedang bukan untuk menghunus, tetapi untuk menjaga kedamaian.

Bayangkan sebuah simponi orkestra yang megah. Setiap instrumen – dari drum yang menghentak hingga biola yang melantun lembut – memainkan perannya dalam menciptakan harmoni yang sempurna. Begitu pula dengan sistem pertahanan nasional. TNI, Polri, intelijen, diplomasi, ketahanan ekonomi, kekuatan budaya, hingga kesadaran masyarakat, semua beresonansi dalam satu simponi pertahanan yang utuh.

Di sudut-sudut negeri, para pemuda diam-diam mengukir prestasi. Mereka mungkin tidak mengenakan seragam militer, tetapi setiap inovasi yang mereka ciptakan, setiap prestasi yang mereka torehkan, adalah bentuk nyata dari pertahanan non-militer yang tak kalah pentingnya. Sebab, negara yang kuat adalah negara yang warganya berdaya, yang generasi mudanya mampu bersaing di kancah global.

Kisah tentang Laksamana Malahayati yang gagah berani, semangat juang Jenderal Sudirman yang pantang menyerah, hingga keberanian Bung Tomo yang berkobar-kobar, bukan sekadar cerita sejarah. Mereka adalah api semangat yang harus kita tiupkan kembali dalam konteks masa kini. Pertahanan modern membutuhkan pahlawan-pahlawan baru dengan semangat yang sama namun dalam wujud yang berbeda.

Kita adalah bangsa yang lahir dari perjuangan, dibesarkan dalam keberagaman, dan ditempa oleh tantangan. Setiap tetes keringat petani di sawah, setiap lembar rupiah yang dihasilkan pedagang di pasar, setiap baris kode yang ditulis programmer muda, adalah bagian dari pertahanan nasional yang holistik. Seperti jutaan sel yang bekerja sama membangun kekebalan tubuh, setiap warga negara adalah sel pertahanan yang vital bagi kesehatan bangsa.

Tantangan masa depan bagaikan ombak yang tak pernah berhenti menerjang. Perubahan iklim mengancam kedaulatan pangan, revolusi teknologi mengubah wajah peperangan, dan pandemi global menguji ketahanan sistem nasional. Namun, seperti karang yang tetap tegak diterjang ombak, bangsa ini akan terus berdiri kokoh, berakar pada nilai-nilai Pancasila, diperkuat oleh persatuan rakyat, dan dicerahkan oleh visi masa depan yang gemilang.

Mari kita bangkitkan kembali semangat “satu nusa, satu bangsa” dalam konteks pertahanan modern. Bukan dengan slogan kosong atau retorika hampa, melainkan dengan karya nyata dan dedikasi total. Setiap warga negara adalah pembawa obor estafet kemerdekaan, setiap profesi adalah benteng pertahanan, dan setiap hati yang berdetak adalah genderang semangat yang tak pernah padam.

Pertahanan dan keamanan bukanlah sekadar sistem atau struktur. Ia adalah nyawa dari kedaulatan, roh dari kemerdekaan, dan jantung dari martabat bangsa. Seperti air yang mengalir dari puncak gunung hingga lembah terdalam, sistem pertahanan harus menjangkau setiap sudut negeri, melindungi setiap warga, dan menjamin setiap mimpi anak bangsa untuk tumbuh dan berkembang dalam naungan Sang Saka Merah Putih.

Kini, saat matahari kembali terbenam di ufuk barat Nusantara, renungkanlah: Pertahanan sejati adalah ketika setiap warga bangga menjadi Indonesia, setiap hati siap berkorban demi negeri, dan setiap jiwa teguh menjaga kedaulatan. Sebab dalam darah kita mengalir semangat perjuangan, dalam nadi kita berdenyut cinta tanah air, dan dalam setiap tarikan napas kita tersimpan tekad untuk menjaga Indonesia, kini dan selamanya.

*Penulis adalah Staf Ahli Bidang Pertahanan dan keamanan BIN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.