Komunitas

Dalang dan Nayaga Cilik Meriahkan Museum Wayang Jakarta

Jakarta |
Museum Wayang Jakarta dimeriahkan dengan penampilan dalang-dalang cilik yang masih duduk di bangku sekolah.

Dalang wayang kulit, penabuh gamelan atau nayaga, bahkan wiraswara anak-anak, makin marak di DKI Jakarta. Mereka tampil di ruang pergelaran Museum Wayang Jakarta, berturut-turut selama dua pekan.

“Tadi lima dalang bocah dan remaja tampil di pergelaran sini. Penontonnya penuh,” ujar Kepala Satuan Pelayanan Museum Wayang Sumardi SSos, di kantornya, Minggu (19/11) sore.

Sebagian penabuh gamelannya anak anak, bahkan semua wiraswaranya juga anak-anak. Yang paling dewasa, Dalang Sulaiman, siswa kelas 1 SMA dari Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Jakarta Selatan, membawakan cerita Sesaji Raja Suya.

Kemudian dilanjutkan dalang-dalang lebih muda lagi, yaitu Bimo kelas 3 SMP, Bayu Agna kelas 1 SMP, disusul Enggar dan Kristo Tito masing-masing kelas 6 dan 5 SD. “Jadi satu cerita dimainkan oleh 5 dalang cilik itu sampai selesai,” kata Sumardi SSos yang lebih dikenal dengan panggilan Sumardi Dalang.

Sebelumnya, pada Minggu (12/11) lalu, di tempat yang sama juga tampil dalang cilik Pradana Dewantara siswa SMP 168 Jakarta Timur. Diantara ratusan penonton yang hadir, tampak Ketua Bidang Pergelaran PEPADI DKI Jakarta Wandoyo.

Menurut Sumardi penampilan para dalang cilik akhir-akhir ini, cukup memberi harapan keberhasilan regenerasi seni pedalangan di DKI Jakarta. Sumardi menilai minat anak-anak pada wayang juga terlihat di Yogyakarta.

Hal itu diketahuinya sewaktu diadakan workshop pembuatan wayang karton dan wayang sada (lidi) dalam Pameran Wayang Internadional pada Yogya International Heritage Festival di Gedung Sono Budoyo tanggal 5-11 November 2017 silam. Sumardi sendiri mewakili Disparbud DKI Jakarta menjadi narasumber dan pengajar wayang karton.

Senada dengan Sumardi Dalang, Ketua I PEPADI DKI Jakarta Darudjimat juga mengakui, di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan pembinaan minat wayang generasi muda oleh PEPADI setempat dinilai cukup berhasil.

Mengenai minat wisatawan mengunjungi Museum Wayang, Sumardi menuturkan lumayan. Pengunjung museumnya, Sabtu (18/11) mencapai 815 orang, 18 orang di antaranya wisatawan mancanegara.

Pada hari Minggu nya, terlihat jumlah pengunjungnya meningkat 2 kali lipat menjadi 1.790 orang. Termasuk 145 orang wisatawan mancanegara, terbanyak dari Amerika Serikat 128 orang. Selebihnya turist dari China, Jepang, Inggris dan Negeri Belanda.

Di museum ini juga tersedia Souvenir and Arts Shop khusus wayang kulit, wayang golek, dan miniature becak dan sepeda. Menurut laporan penjualnya, tiap harinya ada saja pengunjung yang beli.

“Kalau turist asing senangnya beli wayang tokoh Rama dan Shinta. Ada sih yang beli tokoh Kumbokarno atau Dasamuka,” kata Bu Jatmi petugas di toko cinderamata. Menurutnya, pengunjung museum yang masihanak-anak, lebih senang memilih beli karakter Gatutkaca.

“Anak-anak kan mengidolakan tokoh Superhero. Gatutkaca kan tokoh superhero juga. Bisa terbang,” ujar Sumardi Dalang memberi alasan.

Berita: Pri | Foto: Istimewa/Pri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.