RI-IAEA Perkuat Kerjasama dan Pemanfaatan Teknologi Nuklir untuk Damai
Jakarta |
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir melakukan penandatanganan Practical Arrangement dengan Direktur Jenderal the International Atom Energy Agency (Dirjen IAEA) Yukiya Amano.
Penandatangan perjanjian memperkuat komitmen kerjasama antara Indonesia dengan IAEA dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir untuk damai tersebut dilaksanakan di gedung D kantor Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di Senayan, Jakarta, Senin (5/2).
Pada kesempatan itu Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan, penandatangan ini memang dipandang perlu untuk mendorong kerjasama teknis antara negara-negara berkembang dan penguatan South-South cooperation (kerjasama antar negara-negara di bagian selatan).
“Dengan adanya penandatanganan ini, Indonesia dapat lebih mendukung IAEA untuk berbagi dan memberikan kapasitas ke negara lain. Ini juga akan memiliki dampak yang berlipat, sesuai dengan mandat utama IAEA untuk mengupayakan dan memperluas kontribusi energi nuklir untuk perdamaian, kesehatan dan kesejahteraan di seluruh dunia,” tutur Nasir.
Nasir menambahkan, IAEA memiliki peran sentral yang penting dalam mendorong penggunaan energi nuklir untuk perdamaian, termasuk diantara negara-negara berkembang. Indonesia sendiri telah bekerjasama dengan IAEA selama 61 tahun.
“Tercatat sebanyak 9 dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) berkaitan langsung dengan lingkup kompetensi IAEA,” sebut Menristekdikti M Nasir dilansir laman ristekdikti.go.id.
Menurut Menristekdikti, untuk mencapai swasembada pangan dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), Indonesia, dengan dukungan IAEA, telah mengembangkan dua proyek penting.
Proyek pertama berkaitan dengan mengintensifkan kualitas produksi kedelai untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas usaha tani kedelai.
Proyek kedua melibatkan penggunaan teknik nuklir, seperti uji radio immuno dan isotop stabil untuk meningkatkan produksi ternak dan memperbaiki pengelolaan pakan berbasis lokal.
“Sasarannya adalah komunitas petani kecil di 74 SPR (Sekolah Petani Kecil) di seluruh Indonesia. SPRs adalah proyek yang dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2013,” paparnya.
Indonesia sangat mementingkan keamanan perbatasan kita dari perdagangan gelap bahan nuklir dan sumber radioaktif lainnya. Beberapa tahun yang lalu, Indonesia mendapat bantuan dari IAEA dalam memasang empat monitor portal radiasi di pelabuhan utama. BAPETEN, bekerja sama dengan BATAN dan sektor swasta, berencana untuk memproduksi monitor portal radiasi untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Disebutkan Nasir beberapa pengembangan energi nuklir lainnya yaitu Indonesia telah mengembangkan kapasitas dalam produksi radioisotop dan produk radiofarmasi, dan pembuatan peralatan kesehatan. BATAN telah membangun laboratorium radioisotop dan radiofarmaka baru.
BAPETEN telah mendirikan I-CoNSEP atau Pusat Keamanan Nuklir dan Kesiapsiagaan Darurat Indonesia. I-CoNSEP adalah pusat keunggulan yang mengembangkan dan mempertahankan kemampuan nasional dalam keamanan nuklir dan kesiapsiagaan darurat melalui pengembangan sumber daya manusia dan penyediaan dukungan teknis.
Diperkirakan bahwa pusat keunggulan akan memenuhi permintaan keterampilan dan kemampuan yang tinggi di semua tingkat pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, badan pengatur, badan penegak hukum dan operator.
“Kami menghargai dukungan terus-menerus IAEA terhadap upaya Indonesia dalam pengembangan program energi nuklirnya baik untuk BATAN dan BAPETEN,” pungkas Nasir.
Kunjungan Dirjen IAEA ke Indonesia pada 5-7 Februari 2018, adalah merupakan yang ketiga. Sebelumnya Yukiya Amano pernah datang ke Indonesia pada tahun 2011 dan 2015 silam.
Acara penandatanganan ini juga dihadiri oleh Duta Besar Indonesia Untuk Austria yang juga Ketua Board of Governor (BOG) Darmansjah Djumala, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Indonesia (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala Badan Pengawas Energi Nuklir Indonesia (BAPETEN) Jazi Eko Istiyanto, dan Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Intan Ahmad.
Berita: Mh | Foto: Istimewa/ristekdikti