Program Vaksinasi Nasional Prioritas Berbasis Risiko Terus Dipercepat
Jakarta |
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, pemerintah terus mempercepat program vaksinasi nasional yang dilaksanakan dengan prioritas berbasis risiko.
Dilansir laman Setkab, Selasa (27/7), provinsi-provinsi yang kasus aktifnya tinggi yang akan diberikan lebih banyak, antara lain Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.
“Itu yang paling tinggi karena kemungkinan terkenanya juga banyak, masuk ke rumah sakitnya juga banyak, dan yang wafatnya juga paling banyak. Provinsi-provinsi itu otomatis akan mendapatkan prioritas,” kata Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangan pers bersama, Senin (26/7).
Selain itu, sambungnya, pemerintah juga memprioritaskan vaksinasi kepada masyarakat dengan risiko tinggi, yaitu kelompok lanjut usia (lansia) dan masyarakat yang mempunyai komorbid (penyakit penyerta).
“Kita juga akan memprioritaskan orang-orang yang risiko tinggi, orang yang usianya lanjut, orang yang punya komorbid. Itu yang harus kita utamakan. Kita lindungi mereka dahulu, kita berikan mereka (vaksin),” jelasnya.
Budi memaparkan, hingga 26 Juli cakupan vaksinasi telah mencapai sekitar 60 juta dosis vaksin, baik untuk dosis pertama maupun dosis kedua. Untuk percepatan program vaksinasi ini pemerintah pun terus berupaya untuk mengamankan stok vaksin.
“Sampai akhir bulan Juli akan datang sekitar 8 juta vaksin Sinovac dan 4 juta vaksin AstraZeneca, jadi 12 juta akan datang. Selain itu, akan tiba juga sekitar 45 juta vaksin produksi Sinovac, Astrazeneca, Moderna, maupun Pfizer pada bulan Agustus mendatang,” ungkapnya.
Selain percepatan vaksinasi, Budi menambahkan, pemerintah juga terus meningkatkan pengetesan (testing) dan pelacakan (tracing) secara masif untuk menekan laju penyebaran COVID-19.
“Menko Marinves sudah mencanangkan bahwa program testing dan tracing yang nanti akan dipimpin oleh Panglima TNI akan mulai minggu ini,” ungkapnya.
Budi Gunadi Sadikin pun mengimbau masyarakat untuk tidak menghindar jika dilakukan pelacakan dan pengetesan. “Kita perlu naikkan [tes harian] itu terus supaya kita tahu kalau ada yang kena (COVID-19), kita bisa ukur oksimeternya (saturasinya), apakah memang perlu dirawat atau tidak, lebih dini. Jadi testing ini jangan ditakuti, jangan dicemasi, jangan dihindari, tapi cepat dilakukan,” pungkasnya.
Berita: Red | Foto: Ist./Ilustrasi