Menlu: Diplomat Harus Mampu Hadirkan Mantra Baru Bagi Diplomasi Indonesia
Jakarta |
Menteri Luar Negeri (Menlu) Menlu Retno Marsudi mengemukakan, bahwa diplomat tidak boleh terhanyut nostalgia masa lalu, melainkan harus mampu menjawab secara real time berbagai tantangan dan konstelasi global saat ini.
Staf Kementerian Luar Negeri juga ditekankan tidak boleh terjebak dalam “mantra” masa lalu yang dibuat sendiri, namun harus untuk menemukan “mantra-mantra” baru agar Indonesia tetap berkibar.
Inovasi-inovasi baru yang bersifat result oriented perlu disegerakan oleh para Diplomat Indonesia,” ujar Menlu Retno sesi kuliah gabungan Sesparlu Angkatan 59 dan Sesdilu Angkatan 61 di Pusdiklat Kemlu, Jakarta, Senin (2/7).
Dicontohkan oleh Retno, inovasi telah dilakukan oleh Indonesia dalam hal diplomasi di Afrika. Indonesia telah menginisiasi Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 sehingga memiliki kedekatan khusus dengan Afrika.
Melalui kedekatan historis ini, sambungnya, Indonesia kini mengembangkan berbagai kerja sama baru dengan Afrika yang selama ini mengalami stagnansi.
Dilansir portal kemlu.go.id, Menlu Retno menegaskan bahwa saat ini sudah waktunya agar kedekatan politik dikembangkan menjadi kedekatan ekonomi sehingga manfaatnya nyata bagi masyarakat.
Disebutkan oleh Menlu Retno, bahwa penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum (IAF) pada April 2018 lalu telah menghasilkan kesepakatan bisnis senilai USD 1,08 milyar dan potential deal senilai USD 1,3 milyar adalah salah satu contoh kesuksesan inovasi dalam diplomasi Indonesia.
Disamping itu, Retno juga mengulas mengenai situasi di Timur Tengah dan rivalitas antara negara-negara kunci di Timur Tengah, pentingnya sentralitas dan kesatuan ASEAN, dan diplomasi di berbagai wilayah dunia.
Di akhir kuliahnya, Menlu Retno menekankan mengenai pentingnya menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman.
“Suasana kerja tersebut akan menyumbang pada keberhasilan diplomasi RI,” tukasnya, seraya menggarisbawahi soal perlunya solidaritas antar pegawai untuk membangun jiwa korsa Kemlu serta netralitas PNS sebagai aparatur sipil negara.
Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) merupakan pendidikan dan pelatihan untuk PNS Kemlu yang telah mencapai jenjang karir diplomat muda.
Sedangkan Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri (Sesparlu) merupakan pendidikan bagi PNS Kemenlu yang telah mencapai jenjang karir diplomat madya.
Sesdilu kali ini bertema “Innovation and Determination for a Viable Diplomacy and Foreign Policy” dan diikuti oleh 32 diplomat muda Kemlu sejak akhir Juni lalu hingga akhir Agustus mendatang.
Berita: Mh | Foto:Istimewa/UPT Sesdilu/Pusdiklat