Wisata

Jatiluwih Eco Farm, Destinasi Wisata Edukatif di Bali

Tabanan – Salah satu kabupaten di Bali, yakni Tabanan kembali menghadirkan destinasi wisata berbasis alam yang edukatif dan melibatkan masyarakat lokal.

Terletak di Jalan Batuluwih Kawan, kawasan Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Jatiluwih Eco Farm hadir sebagai alternatif segar dari bentang alam sawah yang telah mendunia di Desa Wisata Jatiluwih, yang sudah lebih dulu diakui UNESCO.

UNESCO sendiri merupakan badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfokus pada pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, dan komunikasi untuk memperkuat kemanusiaan.

Acara peresmian Jatiluwih Eco Farm pada Kamis (17/4), berlangsung meriah dan dihadiri langsung oleh Kapolda Bali Irjen Pol Daniel Adityajaya, serta sejumlah pejabat daerah dan tokoh masyarakat setempat.

Kehadiran para pejabat ini menunjukkan dukungan kuat dari pemerintah dan aparat keamanan terhadap pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal di Bali.

Manajer Pengelola Desa Jatiluwih John K Purna. (Foto: Ist.)

Manajer Pengelola Desa Jatiluwih John K Purna, menyebutkan bahwa Jatiluwih Eco Farm sebagai ‘adik dari lanskap sawah ikonik Jatiluwih. Meski lebih muda, kehadirannya tak kalah potensial untuk mendongkrak perekonomian warga sekitar.

“Ini bagian dari pemerataan manfaat ekonomi pariwisata. Semua kegiatan di sini berbasis masyarakat lokal mulai dari makanan, aktivitas wisata, sampai hasil pertanian,” katanya.

(Foto: Ist.)

Eco Farm ini, sambung John, mengusung konsep wisata berbasis pertanian organik dan pengalaman langsung di alam terbuka. Wisatawan diajak merasakan kehidupan desa secara otentik melalui aktivitas seperti membajak sawah, menanam padi, mandi lumpur, memancing, yoga, hingga membuat kopi, canang sari, dan minyak kelapa secara tradisional.

“Tak hanya dibuka di siang hari, Jatiluwih Eco Farm juga melayani wisatawan hingga malam hari untuk menjangkau pasar wisatawan mancanegara, terutama dari Eropa, yang mencari suasana alam dan budaya yang lebih mendalam,” jelasnya.

John Purna juga mengungkapkan, sebagai bentuk tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR), pihaknya menyisihkan 10 persen dari seluruh pendapatan usahanya untuk masyarakat dan Desa Adat Jatiluwih.

(Foto: Ist.)

Manajer Pengelola Desa Jatiluwih tersebut juga menjelaskan bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas bagi wisatawan VIP, Jatiluwih Eco Farm telah membangun helipad yang memungkinkan pendaratan helikopter langsung di area tersebut.

“Langkah ini sejalan dengan upaya menjadikan kawasan ini sebagai tujuan wisata berkelas namun tetap berakar pada kearifan lokal,” pungkas John K Purna.

Desa Jatiluwih sendiri dikenal karena sistem irigasi subaknya yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO sejak 2012. Pada tahun 2024, desa ini juga terpilih sebagai salah satu dari 55 Desa Wisata Terbaik Dunia versi United Nations World Tourism Organization (UNWTO).

Dengan perpaduan antara keindahan alam, edukasi pertanian, kearifan lokal, dan fasilitas modern seperti helipad, Jatiluwih Eco Farm diharapkan mampu menarik lebih banyak wisatawan domestik maupun mancanegara serta memperkuat posisi Jatiluwih sebagai ikon pariwisata berkelanjutan Bali. (Gate13/Foto: Ist./Dok.)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.