Peristiwa

Simulasi Siaga Waspada Pandemi Influenza

Jakarta |
Menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat dan ancaman pandemi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali menggelar Simulasi Siaga Waspada Pandemi Influenza.

Kegiatan yang dilaksanakan pada 19-20 September 2017 diutamakan guna mengatasi beberapa jenis virus penyebab Flu Burung, seperti H5N1 dan H7N9.

Simulasi siaga tersebut, sejalan dengan Peraturan Kesehatan lnternasional (IHR) 2005 untuk meningkatkan kapasitas negara dalam melakukan deteksi, verifikasi, pelaporan dan tanggapan terhadap Keadaan Kesehatan Masyarakat Kepedulian lnternasional (PHEIC).

PHEIC menekankan peningkatan kapasitas dan kemitraan negara untuk memperbaiki kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.

Dengan iklim tropis dan keanekaragaman hayati, Indonesia ditelisik sebagai pusat pandemi atau terpapar kasus pandemi impor dari luar negeri.

Menteri Kesehatan (Menkes) Prof Nila Moeloek mengatakan, simulasi ini dilakukan untuk menguji kapasitas Indonesia dalam menghadapi pandemi.

“Dalam kondisi pandemi, kita semua harus siap siaga,” ujar Prof Nila Moeloek saat melaksanakan simulasi di area Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, pada pertengahan September lalu.

Kegiatan tersebut diakui Menkes membutuhkan integrasi lintas sektoral, mulai dari kementerian dan lembaga, dunia usaha, dan berbagai unsur publik yang sangat penting. Seperti badan kesehatan dunia WHO, Kemenkes, BNPB, Kementerian Pertanian, Kementerian Kominfo, dan TNI.

Simulasi episenter pandemi influenza terutama untuk mengatasi beberapa jenis virus seperti H5N1 dan H7N9 layak dilakukan karena peta situasi flu burung pada manusia di Indonesia bersifat endemis di sebagian besar pulau Jawa, Sumatera, hingga Nusa Tenggara.

Sebelumnya, simulasi serupa dilakukan pada tahun 2008 di Jembrana, Bali dan berlanjut pada tahun 2009 di Makassar, Sulawesi Selatan.

Pilihan simulasi pandemi ketiga ini dipilih di Tangsel, Banten karena kepadatan distribusi unggas di Jawa Barat dan Banten juga, merembet ke DKI Jakarta.

Ibu kota Jakarta dianggap rentan terhadap kasus potensial pandemi impor internasional, karena menerima lebih dari 3 juta unggas setiap bulan.

Berita: Mh | Foto: Istimewa/kemkes.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.