40 Tahun Museum Bahari, Gedung C Harus Direhabilitasi
Jakarta |
Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan, Jakarta Utara kini sudah berumur 40 tahun dan pengunjungnya pun terus meningkat.
Namun karena bangunan sudah berdiri sejak abad 18, banyak kusen jendela dan kayu kap keropos, serta atap bocor. Ini perlu dilakukan perbaikan yang sudah dimulai akhir Juni lalu.
Kepala Museum Kebaharian Drs Husnison Nizar (Sonni) mengungkapkan itu pada peringatan HUT 40 Museum Bahari di Auditorium Museum Bahari, Jakarta, Jumat (7/7).
Hadir puluhan staf dan karyawan Museum Kebaharian serta arkeolog senior Drs H Dirman Suracmat dan Drs H Candrian Attahiyat.
Tercatat selama tahun 2016 jumlah pengunjung Museum Kebaharian mencapai 126.777 orang wisatawan. Jumlah itu terbagi untuk pengunjung Museum Bahari 38.310 orang, Taman Arkeologi Onrust di Kepulauan Seribu 42.692 orang dan Situs Marunda atau Rumah Si Pitung 45.775 orang.
“Tahun 2016 itu target retribusinya Rp220 juta, ternyata realisasinya mencapai Rp460 juta. Untuk tahun 2017 ini diharapkan mencapai Rp700 juta,” kata Sonni Husnison.
Kenyataannya jumlah pengunjung Museum Kebaharian dalam setengah tahun ini mencapai 64.020 orang. Jumlah itu terdiri dari pengunjung Museum Bahari 17.123 orang, Taman Arkeologi Onrust 21.394 orang dan Situs Marunda 25.503 orang. Yang berarti lebih banyak dibanding jumlah pengunjung tahun lalu selama periode yang sama (6 bulan).
Soal kerusakan paling parah diderita gedung C yang dibangun tahun 1773. Husnison memaklumi, sebab sejak 1977 belum ada rehabilitasi bangunan. Berbeda dengan gedung A dan B yang sudah pernah dipugar.
Di gedung C selama ini terdapat koleksi kapal dan perahu dari seluruh Nusantara bahkan dunia, baik asli maupun replika. Juga ada ikan duyung asli yang sudah diawetkan.
Sementara Dirman Surachmat selaku mantan Kepala Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta (1990-1996) mengungkapkan, ide mendirikan Museum Bahari ini dari Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.
“Ini museum terakhir yang didirikan dan diresmikan Bang Ali tahun 1977 dari gudang rempah rempah,” kata Dirman.
Menurut dia terdapat 7 museum yang didirikan sejak tahun 1974 oleh Gubernur Ali Sadikin Semua memanfaatkan gedung bersejarah agar dilestarikan. Diantaranya Museum Joeang 45 di Jalan Menteng Raya, Museum Tekstil di Jl KS Tubun, Museum Sejarah Jakarta, dan Museum Wayang di Kota Tua.
“Museum Wayang itu dulu kantor saya,” ungkap Dirman. Karena itu diharapkan Museum Bahari semakin baik pengelolaannya demi menyumbangkan kepada generasi muda dalam pendidikan dan pembangunan karakter bangsa.
Menurut Dirman, penerus Ali Sadikin, seperti Tjokropranolo, Suprapto, Wiyogo, Surjadi Sudirdja, Sutiyoso sampai Fauzi Bowo umumnya memiliki andil untuk perbaikan organisasi maupun fisik museum sebagai tempat wisata edukasi.
Sedangkan Candrian Attahiyat, selaku arkeolog maupun tenaga ahli bangunan cagar budaya ingin mengingatkan agar museum mengupayakan konservasi koleksinya.
“Seperti terhadap Menara Syahbandar dari abad 19 itu kan miring. Sekarang itu miringnya berapa derajat dan upaya apa agar tidak bertambah miring,” kata Candrian. Tahun 1986, sambung Candrian, pernah dilakukan penyuntikan semen sampai ke fondasi menara tersebut.
Tampak Jumat itu belasan pengunjung remaja melihat koleksi perahu tradisional di Gedung C. Mereka Fajar (18) santri Pondok Al Zaitun Indramayu, D Darmawan kelas 1 SMK Ristek Jaya Jakarta Timur dan Amir Fathur siswa SMP Negeri 172 Jakarta mengaku baru dua dan satu kali mengunjungi Museum Bahari.
Mereka menilai diorama dengan tema pahlawan bahari, legenda nusantara dan dunia serta para pengeliling dunia cukup menawan.”Hanya pencahayaannya kurang,” ungkapnya kritis.
Menurut rencana Museum Bahari akan mendapat tamu pimpinan dan pengelola Museum Maritim Moskow, Rusia. “Rencananya bulan Agustus nanti mereka akan datang,” pungkas Sonni.
Saat itu rehabilitasi bangunan museum Bahari belum rampung. Sebab pekerjaan penggantian atap, kusen jendela serta pengecatan ulang sesuai jadwal proyek baru selesai November mendatang.
Berita: Pri | Foto: Istimewa/Pri
*Keterangan Foto
Atas: Kepala Museum Bahari saat bersama para arkeolog senior.
Bawah kanan: Pengunjung remaja Museum Bahari dengan latar belakang replika kapal nusantara.
Bawah kiri: Bedeng untuk kantor dan gudang proyek perbaikan gedung Museum Bahari.