Ekonomi

Koperasi Bukan Alat Cari Keuntungan, Tetapi Panggung Impian Kemandirian Ekonomi dan Keadilan Sosial Menjadi Nyata

Denpasar |
Di balik sorot gemerlap kesuksesan koperasi di Indonesia, terhampar kisah-kisah inspiratif yang menggugah semangat dan membawa harapan bagi ribuan pelaku usaha. Koperasi bukan sekadar entitas bisnis, tetapi juga tonggak kemakmuran dan keadilan sosial bagi masyarakat.

Dalam perjalanan yang dipimpin oleh pemilik Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Cendekia Praja Bakti Ni Wayan Sukarni telah menemukan jejak-jejak kemakmuran bangsa yang tidak hanya menginspirasi, tetapi juga mengubah pandangan tentang koperasi.

Bagi pemilik nama dan gelar lengkap Ni Wayan Sukarni, S.Sos., M.Ap, Drs Muhammad Hatta atau yang akrab disapa Bung Hatta bukan sekadar nama, melainkan pilar yang membimbing langkah-langkah menuju keadilan dan kemakmuran melalui koperasi.

“Koperasi bukanlah semata alat untuk mencari keuntungan, tetapi panggung di mana impian akan kemandirian ekonomi dan keadilan sosial menjadi nyata,” ujarnya, di Denpasar, Bali, Jum’at (10/5).

Koperasi Cendekia Praja Bakti mengusung revolusi dengan program-program inovatif dan kreatif, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan martabat anggotanya sebagai pelopor perubahan dalam masyarakat.

“Mulai dari pelatihan keterampilan hingga program pemberdayaan ekonomi, koperasi ini terus menorehkan prestasi gemilang,” tuturnya.

Ni Wayan Sukarni mengatakan bahwa di tengah gejolak ekonomi global, koperasi menonjol sebagai penanda keberhasilan dalam membangun kemakmuran bangsa.

“Koperasi bukanlah sekadar lembaga bisnis biasa; ia adalah wadah kebersamaan yang menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” terangnya, dengan mata bersinar penuh kecintaan pada koperasi.

Kesuksesan koperasi bukanlah hanya tentang angka dan laba semata, melainkan juga tentang keberhasilan dalam memperkokoh nilai-nilai kebersamaan dan keadilan.

“Dengan terus mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh besar seperti Bung Hatta, koperasi tetap menjadi mercusuar yang menerangi jalan menuju kemakmuran dan keberlanjutan bagi bangsa Indonesia,” ucapnya.

Melalui prinsip inklusi, koperasi membuka pintu kesempatan bagi semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi. Dengan memberdayakan anggotanya, koperasi mampu mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi yang telah lama menjadi momok bagi banyak negara.

“Di koperasi, setiap suara didengar, setiap kontribusi dihargai, dan setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk maju,” tegas Ni Wayan Sukarni.

Namun, ia juga menjelaskan bahwa kekuatan sejati koperasi terletak pada semangat kebersamaan dan solidaritas di antara anggotanya. Di dalam koperasi, setiap individu tidak hanya menjadi pengusaha, tetapi juga sahabat dan mitra dalam perjalanan menuju kesuksesan bersama.

“Dalam suasana saling percaya dan gotong royong, koperasi menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan kolektif dan memupuk rasa memiliki yang kuat terhadap usaha bersama,” terangnya

Oleh karena itu, sambungnya, tidaklah mengherankan bahwa koperasi menjadi salah satu pilar utama dalam membangun kemakmuran yang berkelanjutan bagi bangsa. Dengan komitmen pada nilai-nilai kebersamaan, inklusi, dan solidaritas, koperasi bukan hanya menjadi cermin kemakmuran ekonomi, tetapi juga perwujudan dari cita-cita sosial yang mulia.

“Dalam koperasi, kita bukan hanya mencari keuntungan, tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih baik untuk semua,” tambahnya lagi.

Dikenal sebagai tokoh Proklamator dan Wakil Presiden pertama Indonesia, Drs Muhammad Hatta atau yang akrab disapa Bung Hatta, lanjutnya, juga memiliki peran yang signifikan sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

“Namun, kehadiran Bung Hatta dalam sejarah koperasi Indonesia tidak hanya sebatas sebagai simbol, melainkan juga tercermin dalam kontribusi intelektualnya yang mendalam terhadap pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia,” paparnya.

Diterangkan oleh Ni Wayan Sukarni, salah satu karya terkenal Bung Hatta adalah buku berjudul “Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun,” yang diterbitkan pada tahun 1971. Buku ini bukan hanya sekadar kumpulan pemikiran, tetapi juga merupakan panduan praktis bagi pembangunan koperasi di Indonesia.

Dalam bukunya, Bung Hatta menekankan pentingnya koperasi sebagai instrumen untuk memperkuat ekonomi rakyat, meningkatkan kesejahteraan, dan memperkuat fondasi demokrasi.

Selain itu, Bung Hatta juga membedakan antara individualitas dan individualisme. Bagi beliau, individualisme menekankan pada kepentingan pribadi tanpa memperhatikan kepentingan bersama, sementara individualitas mengacu pada sifat-sifat moral dan etis yang memperkuat hubungan antaranggota koperasi.

Dengan demikian, koperasi bukan hanya sebagai lembaga ekonomi, tetapi juga sebagai wahana untuk mendidik dan memperkuat nilai-nilai sosial, seperti toleransi, tanggung jawab bersama, dan semangat gotong royong. “Dalam koperasi, kita tidak hanya mencari keuntungan, tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih baik untuk semua,” pungkasnya.

Berita: Gate 13 | Foto: Ist.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.