Komunitas

Trah Panembahan Senopati se Tanah Air Deklarasikan Paguyuban

Yogyakarta |
Para keturunan Raja Mataram Islam pertama Panembahan Senopati yang tergabung dari penjuru tanah air mendeklarasikan Paguyuban Trah Panembahan Senopati (Patrap Senopati).

Deklarasi yang dilakukan secara virtual dan terfokus ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Selasa (19/4) lalu, dihadiri oleh sebanyak 40 orang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Hasil dari deklarasi hari itu disepakati jajaran pengurus mulai dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara (SKB) serta divisi-divisi lain yang menjadi bagian dari struktur organisasi.

Ketua Umum (Ketum) Patrap Senopati terpilih yaitu Nur Suhascaryo mengatakan, bahwa gagasan untuk mendirikan wadah paguyuban tersebut berawal dari sembilan orang pendiri, yang semuanya masih ada garis keturunan dengan Panembahan Senopati.

”Mereka adalah Bigar Rahasia Siswa, Tatto Sutamto, Novianto, Indratno Joko Sarwanto, Much Bintang Arief Martoadi, Guruh Tolowijoyo, Aryokodipuro, Agung Purwandono Saleh, dan saya sendiri. Seluruhnya hadir pada saat deklarasi,” ujar Nur Suhascaryo, pada awak media, Kamis (21/4).

Ditambahkannya, disepakati hari Selasa tanggal 19 April 2022 sebagai hari deklarasi karena ada alasan tertentu. ”Pada tanggal tersebut bertepatan dengan 17 Ramadhan, yaitu hari turunnya kitab suci Al Qur’an,” ungkap Nur.

Dewan Pengurus Pusat (DPP) Patrap Senopati sedang mengajukan proses pendirian badan hukum dengan Notaris Haryani Prastiwi, SH,MKn di Bantul Yogyakarta, Kamis (21/4). (Foto: Ist./Dok)

Dirinya juga menyampaikan, bahwa saat ini Patrap Senopati sedang mengajukan pembuatan akte pendirian dan surat keputusan (SK) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dan instansi terkait guna mendapatkan legitimasi hukum.

”Saat ini kami sedang mengurus proses pendirian badan hukum organisasi melalui seorang notaris di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Setelah ini selesai dilanjutkan ke pengurus di setiap provinsi hingga kabupaten/kota guna melapor ke kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) setempat,” jelasnya.

Ketum Patrap Senopati terpilih itu mengajak semua tedhak turun Panembahan Senopati untuk ikut bergabung tanpa melihat status sosial, status ekonomi, latar belakang pendidikan, latar belakang keyakinan agama, budaya, domisili termasuk pilihan politik masing-masing anggotanya.

Pria dengan nama dan gelar lengkap Dr. H. K.R.T. Nur Suhascaryo, Ir.B.Eng., M.T., berharap kedepannya wadah paguyuban inisiasinya itu dapat berjalan solid, berkembang positif, serta bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

”Prinsip utama yang dipegang adalah kerukunan, keikhlasan, dan keteguhan dalam memelihara dan menjaga kredibilitas para leluhur maupun paguyuban yang baru terbentuk,” pungkasnya.

Para peserta deklarasi Patrap Senopati secara virtual via aplikasi Zoom, Selasa (19/4), dari masing-masing daerah. (Foto: Ist.)

Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Patrap Senopati Bigar Rahasia Siswa menyampaikan, bahwa sejauh ini sudah ada beberapa nama yang mengajukan diri untuk menjadi pengurus wilayah (pengwil) mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.

Ia menggarisbawahi, bahwa wadah Patrap Senopati melepaskan diri dari kepentingan politik manapun, tetapi tetap memegang teguh prinsip landasan Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan tegak utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut Bigar, tujuan dibentuknya Patrap Senopati adalah untuk menghimpun dan mempererat hubungan kekeluargaan antara sesama para keturunan Panembahan Senopati yang sudah tersebar ke berbagai penjuru dunia.

”Jadi sebisa mungkin kita telusuri hingga seluruh pelosok guna menjaga supaya tidak mati obor, sehingga tali silahturahmi antara sesama para keturunan Panembahan Senopati terus terjaga tak lekang di makan waktu,” tuturnya.

Upaya awal yang akan dilakukan, sambung Bigar, adalah pendataan anggota, penyelusuran data sarasilah, pembentukan kepengurusan, koordinasi dengan pihak penyelenggara Karaton Catur Sagotrah, yaitu Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran, dan Pura Pakualaman.

”Sedangkan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan lainnya yang bisa dilakukan dalam jangka waktu pendek,” imbuh Sekjen Patrap Senopati itu.

Foto: Ist./Dok.

Panembahan Senopati memiliki nama asli Danang Sutowijoyo yang juga dikenal sebagai Sutawijaya. Ia merupakan putra Ki Gede Pemanahan dan pendiri cikal bakal kerajaan Mataram Islam pada abad 16 Masehi.

Pasca berhasil memerdekan kerajaan Mataram Islam dari Kerajaan Pajang, Sutawijaya mengangkat dirinya jadi sultan dengan gelar Panembahan Senopati pada tahun 1586.

Panembahan Senopati bergelar Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama, yang menunjukan raja berkuasa atas pemerintahan dan keagamaan. Sedangkan gelar Senopati untuk sebutan panglima perang.

Dari empat istrinya, Panembahan Senopati mempunyai 14 anak, yaitu Gusti Kanjeng Ratu Pambayun, Pangeran Ronggo Samudra, Pangeran Puger, Pangeran Teposono, Pangeran Purbaya, Pangeran Rio Manggala, Pangeran Adipati Jayaraga, Panembahan Hadi Hanyokrowati, Gusti Raden Ayu Demang, Wiramantri, Pangeran Adipati Pinggoloyo I, Pangeran Juminah, Pangeran Adipati Martoloyo, dan Pangeran Tanpa Nangkil.

Setelah berkuasa selama 15 tahun Panembahan Senopati wafat tahun 1601 Masehi dan dimakamkan di Kotagede Yogyakarta, kemudian digantikan putranya Raden Mas Jolang yang bergelar Panembahan Hanyokrowati.

Berita: Mh | Foto: Ist.

One thought on “Trah Panembahan Senopati se Tanah Air Deklarasikan Paguyuban

  • Hallo kak saya juga keturunan dari trah penembahan senopati , singopawiro salam kenal

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.