Auren Nanda Vrista: Penampilan Gibran Tunjukkan Gap Antar Generasi
Denpasar |
Debat Calon Wakil Presiden tadi malam menjungkirbalikan keraguan penampilan Gibran Rakabuming Raka. Sebab setelah Gibran ditetapkan sebagai pasangan Prabowo Subianto dalam berbagai pertemuan dengan publik sangat irit bicara, bahkan beberapa kali terjadi kesalahan. Sehingga sejumlah kaum muda merasa keberatan, jika Gibran dianggap mewakili mereka dalam kontestasi di Pemilu 2024 ini.
Auren Nanda Vrista (ANV) dari Partai Demokrat memiliki pandangan yang sedikit berbeda dengan sahabat muda lainnya. Sejak awal ia mengagumi Gibran yang memiliki keberanian luar biasa menjadi Calon Wakil Presiden. Dalam pandangannya, kesempatan itu diambil tentu sudah diperhitungkan dengan kapasitas yang dimiliki dan segenap seleksi yang dihadapi dalam proses menuju kemenangan.
Menurut Auren Nanda Septalia Heri Vrista, nama lengkap Calon Anggota DPRD Provinsi Bali Nomor Urut 5 Dapil 1 Denpasar, “penampilan mas Gibran tadi malam pasti diluar dugaan banyak orang (went beyond expectations). Dengan gaya anak muda yang cool namun berisi, ternyata membuat kedua senior pesaingnya kedodoran. Secara umum penampilan mas Gibran sangat baik, sehingga mengubah persepsi masyarakat bahwa ia takut berdebat, atau akan hancur ketika berdebat dengan para seniornya”.
Sangat berbeda dengan penampilannya selama ini yang irit bicara dan seperti peragu. Mas Gibran tampil dengan penuh percaya diri hingga closing statement tanpa membaca catatan, humble namun tetap simpatik.
Dengan bekal pengalaman sebagai Walikota Solo dan kedekatannya dengan kaum muda, ia terlihat menguasai substansi dan memenuhi harapan generasi muda. Transformasi kebijakan untuk percepatan pemerataan pembangunan yang berfokus pada pengembangan SDM bagi kaum muda melalui berbagai pelatihan, antara lain mengenai Cryptocurrency, Blockchain, Gasifier, Artificial Intelligence, dan Internet of Things, serta pengolahan dan perdagangan carbon, yang dilontarkan dalam debat ternyata membuat kaget kedua senior lawan debatnya. Padahal hal itu merupakan topik keseharian yang dibincangkan generasi milenial dan Gen Z. Fakta ini jelas membuktikan telah terjadi ‘gap antar generasi’ dalam gagasan pembangunan menunju Indonesia Emas 2045.
Oleh karena itu menurut Auren dalam menyusun kebijakan kedepan sudah seharusnya didiskusikan secara lintas generasi. Sehingga kebijakan pembangunan yang diselenggarakan dapat menggunakan sumber daya alam secara tepat dan benar, serta memakmurkan semua generasi.
“Sebagai Gen Z, saya berharap bahwa setiap kebijakan yang disusun harus melibatkan generasi muda pada jamannya, hal ini selain untuk melestarikan cadangan kekayaan alam dan lingkungan juga akan memakmurkan semua generasi. Untuk itu memperbanyak jumlah anggota legislatif di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional dari kalangan generasi muda menjadi keniscayaan. Maka, pilihan masyarakat terhadap generasi muda untuk duduk dalam lembaga legislatif tersebut merupakan investasi luar biasa dalam pembangunan bekerlanjutan yang memakmurkan bangsa,” pungkasnya.
Berita: Mh | Foto: Ist.